[Suatu waktu, aku lupa kapan tepatnya]
Kondisi tubuh yang lunglai, perut yang kembung dan mual menyeruak. Seisi tubuh bagai terkoyak dan membuatku terjaga. Malam itu aku menginap di rumah seorang sahabat. Aku terbangun dan sedikit berlari menghampiri toilet. Aku terhampar di sisinya dan mencoba mengeluarkan semua yang membuatku mual sedari tadi. Karena perutku kosong dan tak secuil makanan pun ada di dalamnya, aku hanya mengeluarkan air dan makin sakit pula. gara-gara krupuk bekicot dan tak ada makanan lain, aku seakan sekarat, dan melemas.
Beberapa kali aku keluar masuk kamar, ingin mengeluarkan semuanya, namun hanya air dan angin yang malah membuatku makin lemas tak berdaya. Aku bahkan sampai tertidur di depan tiolet selama beberapa puluh menit, baru tersadar dan masuk dalam kamar sahabatku lagi.
Rupa-rupanya, ketidakberdayaanku mengusik sahabatku dan dia terbangun. Dia tahu akan kelemahan tubuh yang aku rasakan. Aku hanya diam lantaran habis daya dan tenagaku. Dia memandangiku sejenak lalu keluar kamar. Tak berapa lama, sahabatku datang membawa secangkir teh hangat untukku.
Hal ini tidak akan pernah kulupa. Sang KHALIK begitu perhatiannya kepadaku. Dia memberikan perhatian itu sampai ke hal yang terkecil: “Secangkir Teh hangat” untuk menenangkanku. Hal yang tidak pernah kusangka pula, perhatian itu melalui seornag sahabat, yang kukira dia tertidur lelap dan tak menyadari kesakitanku. Meskipun pula dia terlihat seperti seorang yang cuek, tapi hari itu, sebuah perhatian hasil kolaborasi SANG KHALIK yang memakai pula sang sahabat, yang sangat perhatian kepadaku. Sebuah nilai Kasih yang sungguh AKU SYUKURI dan TIDAK PERNAH AKU LUPA semur hidupku. Meskipun hal kecil, namun itu SANGAT BERARTI.
Ini menginspirasiku pula, “SEKECIL APAPUN PERHATIAN yang bisa aku berikan kepada orang lain, ITU SANGAT BERARTI”.