Tertawalah bersama Paman Matahari


Tertawalah, tertawalah
Tertawalah bersama paman matahari
Mungkin panasnya terlalu terik
Mungkin sinarnya menyengatmu
Tetapi ia dapat mengeringkan air mata
Menyembuhkan luka-luka
Tertawalah, tertawalah
Tertawalah seolah esok
Adalah hari kematianku
Tertawalah, tertawalah
Jangan kau pikirkan tanah pekuburanku
Usah kau resahkan lagi segala luka
Hari ini tertawalah lagi
Siapa tahu kau tak lagi dapat
Melihatku tertawa lagi
Panglima perang pulang
Sambutlah dengan tarian dan tawamu
Kecuali sang panglima pulang
Hanya tinggal nama
Maka getirlah pula, kau basuhlah pula
Ia yang sudah menjadi jenazah
Tertawalah, tertawalah
Damai dan bahagia bersamamu
Saat kau tertawa dan dapat
Kau lihat lagi dunia
Di bawah paman matahari

Resah


Aku lelah dengan resah
Aku resah dengan amarah
Aku bosan dengan resah
Aku jengah dengan amarah
Amarah menghabiskan usia
Aku lelah dengan amarah
Aku tak mau hidup resah
Aku bosan dengan amarah
Amarah memakan usia
Amarah merenggut bahagia
Resah sesekali tak mengapa
Resah berkali-kali mematikan bahagia
Amarah sesaat tak mengapa
Amarah tak berujung mematikan usia
Aku lelah dengan resah
Aku resah dengan amarah
Aku bosan dengan resah
Aku jengah dengan amarah
Amarah menghabiskan usia
Amarah merenggut bahagia
Amarah melenyapkan damai sejahtera

Berdamai dengan Petir


Sejak kecil, aku tak suka petir
Saat dia datang, aku selalu khawatir
Mungkin ada pula rasa getir
Sedih, tangis hingga satire
Cerita-cerita yang selalu hadir
Bahagia menjadi sekadar selir
Damai hanya di balik kelir
Datanglah Sang Maha hadir
Biar cintaku tak hanya seujung bulir
Kesejatiannya tak cuma sebutir
Biar sejuknya bersama angin mendesir
Jejak-jejaknya membekas di pasir
Dia, aku dan bahagia Sang Maha hadir
Kuusahakan berdamai dengan suara petir