FUNGSI


 

Gathering bareng semalam, mengingatkan aku akan hal ini “Fungsi”. Apa fungsiku saat ini? Apakah aku sudah benar-benar berfungsi? Berfungsi sebagai seorang yang yang punya tanggung jawab dalam keluargaku, pekerjaanku, sahabat-sahabatku, komunitasku dan HIDUPKU.

Apakah aku sudah ber-FUNGSI? Seorang kawan berbagi, dengan mengutip pernyataan Mother Teresa; jangan sampai ketika seseorang bertemu kita, dia tidak merasa lebih baik.

Apa yang sudah aku lakukan untuk orang-orang sekelilingku?

Sebuah pemikiran yang mendalam, dan hidupku tidak boleh hanya begini saja.

Harus ada yang berubah, “fungsi”-ku harus aku optimalkan.

 

(*ditulis Sabtu, 29 Agustus 2008)

 

 

 

TIDAK CEPAT BERKATA KITA TELAH BERKORBAN UNTUK ORANG YANG KITA SAYANGI


 

 

Hal yang paling menyakitkan adalah ketika kita tidak bisa melakukan apa yang kita sukai. Hal yang lebih berat adalah : kita tidak bisa melakukan apa yang kita sukai itu dengan alasan : karena kita ingin seseorang yang kita sayangi bisa lebih bahagia. Dengan kata lain, kita mendahulukan kepentingan orang yang kita sayangi daripada keinginan kita. Susah sekali memang untuk diungkapkan.

 

Tapi, AH! Tiba-tiba aku berpikir: bagaimana kalau kita tidak terlalu cepat berpikir, kita telah berkorban banyak untuk orang yang kita sayangi. Tidak cepat berkata, kita telah mendahulukan kepentingan mereka yang kita sayangi daripada keinginan kita. Ini terlalu egois, kupikir!

 

Sebenarnya, saat kita berkorban pun untuk orang yang kita sayangi, ini adalah sesuatu yang kita sukai, bukan? Jadi yang namanya mengorbankan kepentingan kita untuk orang yang kita sayangi, itu sama sekali bukan pengorbanan. Kita ingin melihat mereka bahagia, melihat mereka puas atas apa yang kita lakukan. Kemudian setelah mereka bahagia, setelah mereka puas, kita makin menyayangi mereka. Kita sudah mendapatkan apa yang kita sukai dan kita inginkan. Impas? Betul.

 

Pengorbanan yang sebenarnya adalah, kita melakukan hal-hal yang tidak kita sukai kepada mereka yang jelas-jelas tidak kita kenal bahkan tidak punya potensi apa-apa untuk bisa membalas kebaikan mereka. Ini baru yang namanya pengorbanan. Ini baru namaya kasih sejati.

 

(*ditulis Sabtu, 2 Agustus 2008)