Kau Bertarung Demi Tawanan dalam Sarang Api


Kesatria apalah aku
Hamba pun tak layak
Mungkin aku serupa pohon ara terkutuk
Tak berbuah, kering tersedu
Aku bukan perempuan yang mengurapi
Apalagi Zakheus, pengembali uang si miskin
Aku serupa seorang berlegion
Lebih layak dua ribu babi terjun ke jurang
Si bungsulah aku yang hura-hura berpesta
Seumpama gadis-gadis tak berpelita
Hanya kupikirkan keuntungan sendiri

Hingga setiap hari kini
Aku penuh luka dan borok
Air mata dan derita adalah seruku
Lazarus ku tahu telah hidup lagi
Sedang aku hanyalah
Mayat hidup tak berpenghuni roh
Setiap hari penuh umpat
Pantaslah aku dilemparkan
Penuh ratap dan kertak gigi

Hingga fajar itu menyingsing
Kudengar ada suara kebebasan
Aku tawanan dalam sarang api
Hampir habis dagingku
Gosong ditelan lebur nyala maut
Kau menyerukan namaku
Kau memanggilku dan kudengar
Siapalah aku bukan kesatria
Lumpur dan ampas babi bagianku

Kau terang yang menyala penuh
Tak lekang oleh waktu
Pantaslah kau yang disebut:
Sang Empunya
Dengan gagah turun dalam
Kerajaan maut!
Kau bertarung demi aku!
Kau bertarung
Demi aku!
Kau bertarung demi aku!

Kau jemput aku
Keluar dari maut

Siapakah aku dan terpujilah
Engkau!
Masyurlah Nama Sang Empunya
Kau peluk aku dan sebut namaku
Bukan kata orang tetapi kataku

Aku tersanjung bukan kepalang
Lelaki berlubang paku di Tangan-Nya
Memberikanku :
HIDUP.

Sutradara Terhebat


Scene ini sering terlalu berat
Aku mengeluh, merajuk
Sampai mengumpat
Kepada sutradaraku

Honorku terlalu sedikit
Tuntutan naskahnya terlampau banyak
Aku tak sanggup berakting
Terlampau panas di bawah terik
Terlalu dingin berselimut hujan

Sutradaraku pilih kasih
Dia beri yang baik-baik
Kepada aktor lain
Sementara dibiarkan aku lunglai

Terlampau banyak keluh
Aku merasa penuh peluh
Hingga segera ingin kuakhiri
Pengambilan gambar yang berat ini

Hingga kusadari saat aku tersedu
Tersandung bongkahan batu
Sutradaraku menggendongku
Berlarilah dibawanya ku berobat

Dia balut lukaku dengan tanganNya
Dia hapus air mataku
Dia memelukku erat
Agar dapat kulanjutkan scene-ku

Kini aku tahu, Dia sutradara terhebat
Scene-scene yang berat dalam hidupku
Seringnya ia tetap arahkan dengan sabar
KesetiaanNya tak terbatas

Tak buru-buru ia berkata, “Cut!”
Tak pernah dimakinya aku
Meski ku sering tak fasih menguasai naskah
Masih ada kesempatan “Action!”

Kini ku tahu: aku aktor paling beruntung
Bermain lakon dalam scene kehidupanku
Dengan sutradara terhebat
Pemilik semesta, pemelihara hidupku