Kesatria apalah aku
Hamba pun tak layak
Mungkin aku serupa pohon ara terkutuk
Tak berbuah, kering tersedu
Aku bukan perempuan yang mengurapi
Apalagi Zakheus, pengembali uang si miskin
Aku serupa seorang berlegion
Lebih layak dua ribu babi terjun ke jurang
Si bungsulah aku yang hura-hura berpesta
Seumpama gadis-gadis tak berpelita
Hanya kupikirkan keuntungan sendiri
Hingga setiap hari kini
Aku penuh luka dan borok
Air mata dan derita adalah seruku
Lazarus ku tahu telah hidup lagi
Sedang aku hanyalah
Mayat hidup tak berpenghuni roh
Setiap hari penuh umpat
Pantaslah aku dilemparkan
Penuh ratap dan kertak gigi
Hingga fajar itu menyingsing
Kudengar ada suara kebebasan
Aku tawanan dalam sarang api
Hampir habis dagingku
Gosong ditelan lebur nyala maut
Kau menyerukan namaku
Kau memanggilku dan kudengar
Siapalah aku bukan kesatria
Lumpur dan ampas babi bagianku
Kau terang yang menyala penuh
Tak lekang oleh waktu
Pantaslah kau yang disebut:
Sang Empunya
Dengan gagah turun dalam
Kerajaan maut!
Kau bertarung demi aku!
Kau bertarung
Demi aku!
Kau bertarung demi aku!
Kau jemput aku
Keluar dari maut
Siapakah aku dan terpujilah
Engkau!
Masyurlah Nama Sang Empunya
Kau peluk aku dan sebut namaku
Bukan kata orang tetapi kataku
Aku tersanjung bukan kepalang
Lelaki berlubang paku di Tangan-Nya
Memberikanku :
HIDUP.