“Terus Belajar untuk Bersabar”


Sama seperti judulnya, film pendek ini harus dibuat dengan penuh kesabaran. Ini cerita sesungguhnya di balik pembuatannya. Meski pemain utama hanya dua, entah mengapa keduanya susah sekali mencocokkan jadwal. Belum lagi setelah proses selesai sampai tahap editing. Benar-benar membuat kami semua belajar bersabar. Ini sebuah pelajaran berharga buat kami.Sebenarnya bukan kendala-kendala besar yang harus kami selesaikan, justru kendala kecil yang seakan merubungi. Syukurlah, semua selesai tepat waktu. “Terus Belajar Untuk Bersabar” ini adalah rangkaian project “Curhat Cinta Colongan” bersama Nulisbuku.com. Proses awalnya bisa dibaca dalam artikel terdahulu : “Kalau Nanti Mantan Istrimu Kawin Lagi, Kamu Dateng, Gak?”

Film pendek ini kami buat (saya dan teman-teman @Z_pi) tahun 2011. Akhir-akhir ini saya mengingatnya kembali. Ini karena kalimat ajaib berupa : “Sabar” yang sering bergaung di pikiran saya Bukan hanya bergaung namun perlu saya usahakan setiap hari. Saya teringat film pendek yang dibuat dari kisah nyata tulisan seseorang di blog. Waktu itu saya bahkan tidak mengenal penulisnya. Setelah selesai semua prosesnya, tidak menyangka saya menjadi mengenalnya dekat.

Beliau seorang perempuan keren menurut saya yang hidup di masyarakat kita masa kini. Masyarakat yang sering bertanya dan seolah pertanyaan itu sebagai suatu keharusan untuk kita lakukan bahkan turuti. Menikah bertahun-tahun dan belum mempunyai anak, hidup di Indonesia. Terbayang, kan bagaimana penghakiman dan sikap-sikap (sok) peduli banyak orang terhadap sepasang suami istri itu? Kita hidup dalam masyarakat yang beranggapan, “Seorang manusia harus menikah. Setelah menikah harus punya anak. Setelah punya anak harus punya cucu dan lain sebagainya.” Hei, itu menyebalkan!

Memangnya semua orang yang menikah lama dan belum puya anak itu berdosa? Atas dasar apa tatapan bahkan kalimat-kalimat tajam menghakimi? Maka perempuan ini adalah perempuan yang kuat dan tegar. Dia sudah kenyang dengan penghakiman dan mulut-mulut yang lebih buas daripada singa. Kesabarannya menghadapi perlakuan masyarakat sekitar yang seringnya sok peduli itu saya sungguh akui patut dihargai.

Semoga film pendek ini juga mengingatkan kita akan seberapa jauh kesabaran yang kita miliki, saat kita sendiripun menghadapi situasi penghakiman dari masyarakat sekitar. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menghakimi tapi kita bisa belajar mengendalikan diri kita sendiri. Mari, terus belajar untuk bersabar. Ada hadiah dari-Nya saat kita benar-benar bersabar. Saya persembahkan bagi mereka yang sedang berusaha bersabar dalam situasi apapun di dalam hidup ini 🙂

Antologi Curhat Cinta Colongan_POSTER

Di Balik “Long (Love) Distance” : Sebelum Janji Setia Diucapkan.


Long Love Distance

Saya lebih suka menyebut “Long (Love) Distance” sebagai ‘love documentary’ atau pengarsipan sebuah kisah cinta sepasang kekasih. Mereka adalah Stefy dan Nia, sahabat saya. Saya bersahabat dengan Stefy sudah sekitar 22 tahun. Kenal Nia sejak mereka menjelang pacaran saat keduanya kelas 2 SMA. Hampir 12 tahun mereka berpacaran. Saat menjelang pernikahan sekitar 1 tahun sebelum 8 Desember 2012, mereka berpikir ingin membuat sebuah dokumentasi. Mungkin berupa film pendek mengenai cinta mereka yang akan ditayangkan saat resepsi pernikahan. Saya setuju untuk membuatkannya.

Jadilah beberapa bulan sebelum mereka menikah saya menguntit kemana-mana. Menjadi orang ketiga saat mereka menyiapkan pernikahan dengan kamera di tangan. Pergi kemanapun mereka pergi dan mengikuti semua kegiatan. Semua terekam di dalam kamera. Lucu! Itu kesan saya. Stefy dan Nia punya kepribadian sama-sama Sanguin yang selalu ceria, penuh canda dan santai. Banyak footage (rekaman) yang membuat tertawa. Walaupun melelahkan namun saya larut dalam kebahagiaan keduanya. Saya pun menanti-nanti 8 Desember 2012 itu sebagai hari yang sakral. Bagi saya itu adalah gerbang kebahagiaan mereka setelah menjalani hampir 12 tahun berpacaran tiba juga saat mengucapkan janji Pernikahan.

Awalnya kami memang ingin membuat semacam reality show tentang persiapan keduanya sebelum menikah. Di tengah pembuatan itu saya punya ide. Ada sesuatu yang seharusnya bisa lebih ditonjolkan. Sesuatu yang unik dari keduanya yang bakal menyenangkan dan berguna juga buat orang lain jika dibagikan. Stefy dan Nia terbilang unik dalam menjalani pacaran. Dari hampir masa 12 tahun itu, sekitar hampir 7 tahun masa pacaran mereka dihabiskan dengan pacaran jarak jauh atau istilah kerennya LDR (Long Distance Relationship). Jangan dibayangkan LDR seperti pada masa kini. Sekitar tahun 2002 internet tidak selancar sekarang. Masih pakai Dial up dan belum ada BBM. Biaya menelpon juga masih mahal. Email sebagai sarana satu-satunya yang bisa rutin setiap hari. Saya melihat sendiri bagaimana mereka pontang-panting berkomunikasi di awal-awal pacaran. Nia yang sedang kuliah di Belanda dan Stefy di Surabaya, Indonesia berjuang mati-matian agar komunikasi selalu lancar.

Bagi saya hubungan LDR mereka menarik di jaman seperti ini. Jaman kemudahan akses komunikasi masa kini dengan hitungan detikpun masih membuat kita tidak bersyukur. Internet tidak lancar sebentar sudah ngomel. Tidak bisa update twitter beberapa saat langsung menggerutu. Kalau kangen sama pacar yang jauh, tinggal BBM, WA, kirim foto, upload video. Semua mudah. Bahkan Skype! Ngobrol sampai jelek juga dengan mudahnya kita dapatkan aksesnya. Bagaimana Stefy dan Nia berjuang dalam hubungan LDR itu sangat menarik perhatian saya. Maka saya mengusulkan kepada Stefy dan Nia pada saat itu lebih banyak berbagi tentang LDR mereka dalam video kisah cinta mereka nanti. Keduanya setuju.

Maka “Long (Love) Distance” ini saya tambahkan sesi mereka berbagi. Tidak hanya reality show mereka riwa-riwi menyiapkan pernikahan dan melihat mereka memadu kasih. Setelah semuanya saya pikir cukup, saya menyimpan semua video rekaman itu di dalam hardisk. Saya endapkan dulu beberapa minggu sambil saya lihat lagi satu persatu footage yang banyak banget tentunya. Awalnya saya sendiri yang akan mengerjakan video itu sampai tahap editing. Ternyata saya terkendala dengan waktu karena saat itu saya harus menyelesaikan 2 film pendek saya lain dan menulis 1 film pendek animasi untuk sahabat saya. Namun keajaiban datang. Saya teringat mas Don Aryadien, sutradara kenamaan dari Surabaya yang punya tim editing juga. Saya meminta bantuannya untuk menyelesaiakn video itu. Pada waktu yang ditentukan saya kaget sekali ternyata Mas Don sendiri yang mengerjakan video itu. Saya tentu senang sekali. Seorang sutradara yang mau membantu saya menyelesaikan semuanya. Saya pun suka dengan hasilnya.

“Long (Love) Distance” ditayangkan di resepsi pernikahan Stefy dan Nia, 8 desember 2012. Sekitar 500 pasang mata melihat kisah LDR mereka. Beberapa minggu lalu saya pikir ingin saya bagikan juga video kisah cinta mereka dengan mengunggahnya di Vimeo, sebuah situs pengunggah video seperti youtube. Di jaman kemudahan akses komunikasi masa kini, saya ingin mengingatkan saja bahwa beberapa tahun yang lalu akses tidak semudah sekarang dan ada sepasang kekasih yang sedang berjuang mempertahankan kisah cinta mereka.

Nonton yuk, “Long (Love) Distance” di sini :