Aku Mau Fight with Faith


 

1

Aku Bryan, kelas empat SD Dharma Mulya Christian School Surabaya. Hari ini aku senang sekali. Percayalah, senyumku lebih manis dari biasanya. Ini karena aku dan teman-temanku akan pergi ke luar kota mengikuti Character Camp. Semangaaaat sekali rasanya. Jauh dari bisingnya kota besar dan hiruk pikuk rutinitas. Dalam tiga hari ini di Prigen, aktivitasku pasti akan seru. Hari-hari akan penuh kebersamaan dengan teman, guru, dan kegiatan yang tidak akan pernah membosankan. Aku yakin, sih.

Tas berisi baju dan Alkitab sudah kuletakkan rapi di kamar yang sudah disiapkan panitia. Kalau di rumah biasanya tidur bersama kakak, kali ini aku belajar mandiri bersama teman-teman dan kakak kelas sekolah. Ssst… semoga tidak ada yang mengorok waktu tidur, ya.

“Saya menantang Kalian sebagai anak-anak yang berkualitas dalam sebuah proyek. Siapa sudah siap?” kalimat Mr. Hans sebagai Head Counselor ini sedikit memacu adrenalinku nih, meski masih anak-anak. Apa yang harus aku lakukan, ya? Sebersit tanya ini mampir.

“Setiap kelompok akan saling melawan dalam sebuah permainan seru,” Mr Hans melanjutkan.

Aku serius memperhatikan sambil menebak-nebak proyek yang akan diberikan.

“Namanya BATTLE WORD.”

Dua kata terakhir masih terasa asing, namun sepertinya seru.

DEG. Jantungku berdegup kencang.

“Setiap anak menghafal ayat firman Tuhan sebanyak-banyaknya. Minimal lima belas ayat, dan setiap kelompok akan diadu siapa yang paling banyak.”

2

Saat Mr. Hans menutup kalimatnya, terdengar bisik-bisik dari semua anak di ruangan itu. Di satu sisi aku sendiri merasa lega karena akhirnya mendapatkan informasi yang kuinginkan. Di sisi lain aku pun gugup, membayangkan apakah aku berhasil menyelesaikan poyek itu dan menjadikan timku sebagai juara?

Ah, aku pasti bisa. Secercah semangat dan optimisme menyeruak dari dadaku. Sejak pagi itu, aku belajar firman terus, terus dan semakin giat.

Secara pelahan namun pasti, sebuah nilai kuresapi makin mendalam. Bukan sekadar menghafal ayat ternyata aku mendapatkan banyak harta untuk bekalku sebagai anak, sebagai murid di sekolah, dan sebagai seorang generasi penerus dengan segudang cita. Aku kini memahami betapa Character Camp ini mengingatkan kembali pentingnya membaca Alkitab setiap hari. Ini menjadi sebuah dasar bahwa iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan. Dengan kekuatan iman, aku dapat mengalahkan segala tantangan di masa depanku nanti.

43

Dalam sebuah sesi, Bapak Pendeta menantang peserta yang mau berjanji kepada Tuhan untuk menjadi anak-anak Tuhan yang berkualitas, dan siap menghadapi zaman dengan sungguh-sungguh hidup di dalam-Nya. Aku pun mengangkat tangan, menyerahkan diri ke dalam tangan Tuhan. Aku mau komitmen serius, dan tidak ingin menyia-nyiakan masa kanak-kanakku begitu saja. Tangis haruku pecah ketika Bapak Pendeta mendatangi dan mendoakanku. Jangan khawatir Bryan, Tuhan terus menyertai. Sebisik janji yang memantapkan komitmenku. Aku mau berjuang dalam iman dengan penuh semangat. Fight with faith.

5