Sajani (Cerita Pendek)


Sajani - poster new

Namanya Sajani, arti namanya : dicintai. Sepanjang hidup dia selalu dicari. Banyak pria menganggap dia sebagai cinta sejati. Dia tak terlalu mempercayai. Ungkapan cinta itu tidak terlalu berarti. Mereka membawa bunga dari mawar sampai melati. Biasanya Sajani mencibir dengan kata-kata setajam belati, Ah, dasar lelaki! Ada yang merayu, katanya dia ayu alami. Ada yang menyebut sebagai kemewahan sorgawi. Bahkan hadiah-hadiah yang mereka kirimkan lebih dari satu almari. Semua manusia tentu suka dicintai. Semua orang lebih suka dipuji daripada dicaci. Pernahkah terpikir di dalam diri? Bahwa sejak lahir sampai hari ini, semua orang selalu menghampiri? Mereka datang, siap untuk mencintai. Tak perlu keluarkan usaha seberat baja atau besi. Tak perlu bersikap lemah lembut bagai seorang puteri. Tak satupun yang harus dilakukan setiap hari. Apapun itu, semua orang tetap mencintai. Ini anugerah atau kutukan dari Sang Ilahi?

Banyak lelaki datang untuk membuktikan diri. Siapa yang paling layak dan berarti? Semua seakan berlomba agar bisa mencumbui. Padahal mereka tahu, Sajani bukan dewi. Ah, dia tidak suka cara lelaki mencintai! Dia bosan dipuja dan dipuji. Sajani malas karena mereka terus mencintai. Dia tidak pernah benar-benar merasakan cinta sejati. Semua datang dalam hidupnya seolah merekalah yang paling berarti. Namun hati Sajani belum tergerak dan antusias apalagi mau menghampiri. Hidupnya kosong bagai pedagang yang merugi. Tak pernah terkesima pada cinta seorang lelaki. Mendamba sesuatu yang disebut suatu hari. Saat hati benar-benar merasakan getaran cinta yang merasuk sampai sanubari.

Dalam lelah dan letih tubuh Sajani. Dia lajukan mobil kemanapun arah memberi. Tak ada tujuan pasti. Pokoknya ingin lari. Harapannya kepada angin, supaya membawa kemanapun dia ingini. Namanya Sajani, perempuan yang sedang tidak mengerti pada hidup ini. Sampai suatu waktu, tiba-tiba mobilnya berhenti. Dia kaget bukan kepalang, sampai berpikir akan mati. Sajani menatap langit dan merasakan sengatan matahari. Lalu diam tak tahu harus mengambil langkah apa di sini?

Teringatlah nomor telepon bengkel di dalam memori. Dia buka telepon selular dan langsung menghubungi. Setelah harus menanti, dia lalu didatangi. Ternyata mobilnya harus diangkut ke bengkel mereka untuk diperbaiki. Sajani menurut saja dan mengikuti. Berusaha untuk tidak jengah meski lelah telah membanjiri. Mencoba tenang sambil menanti. Tak lama terlihat seorang montir lelaki. Wajahnya memang baru pertama dia temui. Entah mengapa dia memancarkan sinar yang berwarna-warni. Jantung Sajani tiba-tiba berdegup kencang, baru dia sadari.

Ah, sungguh menggairahkan sekali! Perasaan itu belum pernah dia resapi. Sajani menegang dan mencoba menghampiri. Seorang lelaki yang sepertinya benar-benar dia ingini. Keringatnya menetes di pipi. Peluh yang membasahi. Ah, itu seksi!

Sajani bergairah sekali. Sejak berjumpa montir bengkel si lelaki seksi. Dia urungkan niat untuk berlari. Mencoba hadapi hidup yang semoga terus berarti. Mendatangi bengkel tempatnya bekerja setiap hari. Memerhatikan dari dalam mobil, gerak-geriknya yang tampak gagah berani. Dia sepertinya lelaki tangguh yang bahkan juga sanggup mematahkan gembok di dalam hati.

Semakin hari, Sajani semakin berani. Bukan hanya di sekitar bengkel saja dia mengitari. Bahkan datang membawakannya makananan di siang hari. Dia tinggalkan juga senyum semoga itu sampai di kedalaman sanubari. Tak jarang Sajani bawakan sekuntum bunga merah menyala, khusus untuk si lelaki gagah berani. Mungkin hanya dia, perempuan yang memberikannya bunga dengan kerling mata menyinari. Sajani tidak peduli. Satu yang makin menggairahkan di dalam diri. Lelaki itu banyak diam dan tidak bermaksud sedikitpun untuk mencumbui. Dia tidak merayu atau bahkan menghampiri. Ah, Sajani suka dengan dia si lelaki seksi!

Suatu malam, dia bulatkan tekad untuk mengampiri. Saat bengkel telah tutup, Sajani mencoba mencari. Ah, itu dia si lelaki seksi! Dia tampaknya akan pulang ke rumah, maka dia buntuti. Mobil Sajani siap di belakang sepeda motornya untuk mengikuti. Namun tetap dengan hati-hati. Jangan sampai niat itu dia ketahui. Ini sebuah misi rahasia dari seorang perempuan bernama Sajani. Ini akan menjadi malam paling berani! Beberapa jam Sajani di depan rumahnya menanti.

Tidak susah memasuki rumah yang mungil tapi sangat terasa aroma lelaki. Sajani mengendap masuk, siap menyergap dengan berani. Dia bungkan mulutnya dengan obat bius yang sudah dia tetesi. Langsung tidak sadarkan diri. Lalu menyeret sekuat tenaga tubuh si lelaki seksi. Tetap berusaha hati-hati. Sajani masukkan ke mobil dan membawanya ke ruang rahasia yang tak berisi. Semua dilakukan agar bisa berdua saja menghabiskan hari. Diikatnya rapat-rapat dengan rantai. Digembok agar dia tidak berlari. Mata dan mulut si lelaki ditutup dengan kain yang wangi. Dia masih tidak sadarkan diri. Itu karena obat bius yang merasuki.

Sampai tiba saat dia siuman dengan tubuh terikat di sana-sini. Ah, dia semakin seksi, pikir Sajani. Otot-ototnya menegang dan dia makin berani. Sajani menenangkannya agar dia tidak berlari. Sebuah kalimat rahasia telah dibisiki. Dia lalu lebih tenang dan tidak meronta lagi.

Mereka masuk dalam obrolan paling pribadi. Bukan dengan dialog bersuara yang terlampau biasa dan tidak seksi. Dengan surat menyurat keduanya berkomunikasi. Sajani menulis, dia membaca, dia menulis Sajani membaca dan perempuan itu menikmati.

Raghib, nama si lelaki seksi. Siapa sangka dia seorang yang merasa hidupnya tidak berarti? Hidupnya habis untuk mencintai. Namun dia sering ditolak dan ditinggalkan, tak pernah dicintai. Ini sungguh menyentuh kedalaman hati. Sungguh kehebatan Sajani pula hingga Raghib terpaksa membuka diri.

Beberapa teguk anggur merah diminumkan Sajani. Ini untuk menenangkan Raghib agar tidak terlalu meratapi. Dia tambahkan belaian kasih sayang dan cinta tak terperi. Namun siapa sangka Raghib meronta dan berontak dalam pelukan Sajani. Perempuan itu panik lalu mengambil langkah berani. Setelah dia siramkan anggur merah ke muka Raghib, dia beri obat bius sehingga pingsan lagi. Sesaat dia tertawa terbahak-bahak menikmati. Erangan dan rontaan Raghib sangat bergairah sekali.

Beberapa jam Sajani menanti. Sambil dia makan daging panggang, menu candle light dinner ini. Sebuah rencana kencan yang seksi. Itulah yang ada di benak Sajani. Kini saatnya membangunkan Raghib kembali. Dia raih anggur merah untuk diminumi. Raghib lebih tenang, kali ini. Pelukan hangat dia berikan sekali lagi. Sajani lalu meminta dirinya agar dia cintai. Sesuatu yang belum pernah dia rasa dalam hidup, walau hanya sekali. Dia memang bosan untuk dicintai. Namun karena Raghib, Sajani mau mencintai. Raghib hanya diam dan tidak ada keputusan apapun yang dia beri. Sajani merasa Raghib semakin seksi. Dia lalu hendak menciumi. Raghib menolak dan tidak memberi. Sajani bersujud meminta untuk dicintai. Sesuatu yang tak pernah dia lakukan sepanjang hidup di bumi. Raghib kini tanpa belenggu rantai. Semua sudah dilepas Sajani. Dia mengambil kesempatan untuk berlari. Sajani hanya memandangi.

Beberapa langkah Raghib rebah dengan tubuh lunglai. Sajani masih memandangi. Tak lama dia mendatangi. Lalu rebah pula di samping Raghib yang hampir mati. Semua telah terjadi. Sajani memberi racun dalam anggur merah sedari tadi. Suatu langkah berani. Meski di alam maut, Sajani tetap ingin mencintai.